Baca di Tebet: Ruang Baca, Kerja juga Temu

 Salam sobat Mlaqumlaqu, apa kabar? Adakah sobat Mlaqumlaqu yang suka berkunjung ke perpustakaan? Selain mencari referensi buku bacaan, biasanya apa sih yang sobat Mlaqumlaqu lakukan di perpustakaan? Perpustakaan di mana aja nih yang pernah sobat kunjungi?

Kalo saya nih, selain mencari referensi buku bacaan untuk artikel, saya juga suka browsing-browsing internet dan melakukan pekerjaan online di sana. Yup, sebagai pekerja freelance atau paruh waktu, saya tidak terikat jam kantor ataupun tempat kerja. Perpustakaan menjadi salah satu tempat saya bekerja, apalagi kalau didukung fasilitas memadai layaknya sebuah kantor.

Ada beberapa perpustakaan yang pernah dan kerap saya kunjungi, baik itu yang dikelola pemerintah maupun swasta. Bahkan saya mendaftar sebagai anggotanya,  sebut saja antara lain Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Perpustakaan Kementerian dan Kebudayaan (Kemendikbud), Perpustakaan Jakarta, Perpustakaan Daerah Bogor, Perpustakaan Kementerian Pertanian di Bogor, Baca Di Tebet, dan masih banyak lagi.

Selain perpustakaan dikelola oleh pemerintah baik pusat maupun daerah, kini banyak juga pihak swasta atau pribadi yang mengelola perpustakaan dan dibuka untuk umum. Salah satunya perpustakaan Baca Di Tebet yang berlokasi di daerah Tebet, Jakarta Selatan tepatnya di Jalan Tebet Barat Dalam Raya No. 29.

Baca Di Tebet, one stop working place

Baca Di Tebet atau kerap disingkat BDT adalah perpustakaan yang dikelola secara perorangan. Awalnya merupakan perpustakaan keluarga yang memiliki koleksi buku-buku secara pribadi. Kedepannya akhirnya dibuka untuk umum dengan persyaratan yang berlaku.

Saya sendiri mengetahui BDT ini dari postingan di time line akun Instagram. Ketika ada kegiatan yang berlokasi tidak jauh dengan BDT, saya putuskan untuk mampir. Lokasinya yang cukup strategis membuat BDT mudah untuk dijangkau baik oleh kendaraan pribadi maupun umum. Pengguna kereta commuter dapat transit di stasiun Manggarai, lanjut naik bus Transjakarta 4B jurusan Manggarai - UI turun di halte Kecamatan Tebet, lanjut jalan kaki menuju lokasi sekitar 700 meter.

Fasilitas di BDT terbilang cukup nyaman. Menempati gedung di lantai 2 dimana lantai 1 menjadi kafe dengan nama Makan Di Tebet yang masih satu kepemilikan dengan BDT. Sebelum memasuki ruangan BDT, pengunjung diharapkan untuk melakukan registrasi terlebih dahulu dan memilih kunjungannya apakah sebagai kunjungan harian atau member.

Adapun fasilitas yang ada di BDT antara lain:
  • Loker: pengunjung diharapkan untuk hanya membawa barang berharga seperti dompet, hape, laptop ke dalam ruangan BDT. Sisanya harus dimasukkan ke dalam loker yang tersedia dengan kunci dipegang masing-masing.
  • Ruang baca; untuk ruang baca di BDT ada 3 jenis ruangan, yaitu:

-Ruang RBBJ ( Roy B. B. Janis ) atau Ruang Temu di perbolehkan membawa makanan dan minuman, dan ketika selesai membaca buku harus diletakkan kembali di troli terdekat.

-Ruang Pikir dan Ruang Baca. Tidak diperbolehkan membawa makanan dan minuman, dan ruangan tersebut juga ruangan silent room tidak diperbolehkan untuk berkomunikasi melalui telephone, zoom dan sebagainya.

-Ruang Karya. Hanya bisa diakses dengan orang yang sudah melakukan Daftar atau perjanjian.

  • Toilet: tersedia di lantai 1 dan 2, cukup bersih dan terawat.
  • Water dispenser: pengunjung diperbolehkan membawa botol minum atau Tumbler dan dapat mengisi ulang air minum yang telah disediakan. Terkadang pihak BDT juga menyediakan camilan untuk pengunjung dan itu juga free. Kebetulan ketika pertama kali saya  berkunjung ke sana selepas Hari Raya Iedul Fitri, mereka menyediakan Snack kue lebaran.
  • Kafe: pengunjung dapat order makanan dan minuman serta diantarkan ke ruang Temu.
Oiya, sobat Mlaqumlaqu, walaupun perpustakaan ini untuk umum, tapi tetap menerapkan peraturan bagi pengunjungnya. Apa aja sih peraturan di BDT?

  • Pembaca HARUS minimal berumur 12 tahun saat mendaftar menjadi anggota
  • Pembaca PELAJAR adalah pembaca yang sedang menjalani pendidikan setara Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).
  • Pembaca MAHASISWA adalah pembaca yang sedang menjalani pendidikan setara Perguruan Tinggi sampai tingkat S1.
  • Pembaca dari umum adalah semua pembaca yang bukan dari pelajar ataupun mahasiswa S1.
  • Pembaca melakukan pembayaran untuk setiap sesi langganan sesuai dengan pilihannya.
Untuk biaya selama berkunjung, BDT menerapkan sistem sekali kunjungan atau harian sebesar Rp35.000 per orang. Sedang untuk anggota terdapat anggota pelajar dan umum dengan waktu bulanan atau tahunan. 
Berhubung saya sering berkegiatan di sekitar Tebet, saya putuskan untuk berlangganan bulanan yaitu sebesar Rp100.000 per bulan. Kalau tahunan untuk pelajar sebesar Rp600.000 dan umum Rp800.000. Khusus anggota tahunan dapat membawa pulang buku yang hendak dibaca di rumah dengan durasi waktu peminjaman kurang lebih 3 hari.

Selain berfungsi sebagai perpustakaan, BDT juga sangat bermanfaat digunakan sebagai ruang kerja dan juga ruang berkumpul, berdiskusi. Di akhir pekan biasanya pihak BDT memberikan sajian live music di malam hari bagi pengunjung yang hendak bernyanyi yang diiringi oleh piano yang memang tersedia di sana. 

Untuk koleksi bukunya menurut saya memang tidak selengkap di perpustakaan pemerintah, tapi cukuplah untuk menjadi referensi dan menjadi ruang kerja di sana. Apalagi dengan jam operasional yang buka setiap hari Selasa - Kamis dan Minggu dari pukul 10.00-18.00 WIB serta Jumat - Sabtu mulai pukul 12.30-21.30 WIB.


Sehari Berkunjung ke Rumah Rusia Jakarta

Hai sobat Mlaqumlaqu. Ada yang berkeinginan kuliah ke luar negeri? Ke Rusia, mungkin? Kenapa Rusia? Karena negara Rusia termasuk negara yang mengadakan beasiswa bagi pelajar Indonesia yang ingin melanjutkan studinya di sana. 

Bahkan negara Rusia bekerja sama dengan Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Padjajaran (UNPAD) yang memiliki jurusan dan program studi sastra dan bahasa Rusia antara lain melalui  buku-buku akademis.

Mengenal lebih dekat Rumah Rusia 

Sebelum memutuskan untuk kuliah di negara Beruang Merah ini, ada baiknya sih kita mengenal sekaligus mempersiapkan segala keperluannya, termasuk juga mengenal kebudayaannya.

Kebetulan banget nih, jalan-jalan kali ini saya berkunjung ke Russian House atau Rumah Rusia Indonesia yang beralamat di Jalan Lembang no. 10, Menteng, Jakarta Pusat. FYI nih sobat Mlaqumlaqu, Rumah Rusia yang baru saja saya kunjungi ini menempati gedung sementara, karena gedung aslinya yang ada di Jalan Diponegoro sedang direnovasi. 


Rumah Rusia atau Russian House ini merupakan bagian dari Kedutaan Besar Rusia di Jakarta. Jadi selain sebagai tempat berkumpulnya warga negara Rusia yang berada di Jakarta, juga menjadi tempat untuk belajar bahasa dan kebudayaan Rusia bagi masyarakat Indonesia.

Lokasi Rumah Rusia yang berada di area Menteng ini cukup strategis dan mudah di jangkau baik oleh kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Bagi pengguna kereta commuter dapat turun di stasiun Cikini dan lanjut jalan kaki. Sedang pengguna bus Transjakarta dapat turun di halte Taman Suropati dan lanjut jalan kaki sekitar 500 meter. 

Berada di lingkungan yang asri di daerah Menteng, Jakarta Pusat, Rumah Rusia tepat berada di depan Taman Situ Lembang. Uniknya taman tersebut terdapat danau kecil di tengahnya, dengan air mancur dan angsa yang bermain di danau dan pinggirannya.

Rumah Rusia, pusat budaya dan studi Rusia

Selain sebagai pusat budaya, Rumah Rusia juga menjadi pusat informasi studi dan beasiswa sekaligus pengurusannya. Di Rumah Rusia ini juga rutin mengadakan seminar, kuliah umum, festival kebudayaan, pertunjukan film serta pameran foto.

Bagi warga Indonesia yang ingin melanjutkan studi di Rusia dapat belajar bahasa Rusia di sini. Untuk kursus bahasa Rusia di sini tiap periodenya berlangsung selama 3 bulan. Waktu belajar per sesinya sekitar 120 menit. Bisa dibilang, tempat ini merupakan satu-satunya kursus belajar bahasa Rusia yang resmi di Indonesia.

Saya terkesan dengan bahasa Rusia yang menurut saya unik, baik dari pengucapan maupun huruf-hurufnya. Saya tertarik dengan bahasa Rusia sejak menonton kartun anak-anak Marsha and The Bear. Sobat Mlaqumlaqu ada yang nonton kartun itu juga kayak saya? Hehehe.

Kunjungan saya dan teman-teman komunitas di mulai pukul 10 pagi. Dimulai dengan pemutaran film animasi singkat tentang sejarah Rusia. Berikut beberapa fakta terkait dengan Rusia dan masyarakatnya:

  • Minuman di Rusia yang populer selain vodka, adalah teh,
  • Warna yang dianggap cantik oleh warga Rusia adalah merah,
  • Tanggal 12 April merupakan peringatan hari luar angkasa di Rusia,
  • Budaya unik di mana semua orang dapat datang ke rumah orang lain tanpa undangan, 
  • Jangan memberikan bunga dengan jumlah genap, karena bunga dengan jumlah genap itu untuk duka cita, 
  • Rusia memiliki 11 zona waktu, dengan perbedaan waktu terlama yaitu 12 jam

Sharing session bersama Duta Besar Rusia 

Bapak Sergei Gennadievich Tolchenov Duta Besar Rusia untuk Indonesia menyampaikan rasa senang dan terima kasih atas kunjungan kami ke Rumah Rusia. Beliau bercerita bahwa hubungan diplomatik Indonesia dengan Rusia sudah terjalin baik lama, sejak era pemerintahan Presiden Soekarno. Oleh sebab itu Rusia juga membuka peluang bagi pelajar Indonesia yang ingin melanjutkan studi ke Rusia melalui beasiswa. 

Pendaftaran beasiswa studi di Rusia, biasanya dibuka di bulan Oktober hingga Desember. Untuk peluang ini, Indonesia mendapatkan kuota sebanyak 200 orang/tahun dan wajib memilih 6 Perguruan Tinggi yang berada di minimal 3 kota di Rusia. 

Selesai acara sharing session dengan bapak Duta Besar Rusia, kami berfoto bersama. Acara diakhiri dengan mencoba pakaian tradisional Rusia, yaitu saravan dan ponesa serta belajar mengenal huruf Rusia atau Cyrillic Alphabet.

Next kita berkunjung ke Kedutaan Besar negara mana lagi,ya?



Unik! Ada Pemecah Kepala di Museum Kebangkitan Nasional (Muskitnas) Jakarta

Salam sobat Mlaqumlaqu. Ada yang suka mengunjungi museum, ngga? Ternyata ada banyak hal unik dari berkunjung ke museum, lho. Selain mengetahui koleksi museum, kita juga jadi mengenal cerita sejarah dibalik berdirinya suatu museum.

Sejak anak-anak saya kecil, saya senang membawa mereka berkeliling mengunjungi museum. Selain di akhir pekan, biasanya kami lakukan di musim liburan sekolah. Hal itu bisa 2-3 museum yang kami kunjungi kalau pas liburan sekolah. 

Museum yang kami kunjungi masih di seputaran Jakarta, seperti Museum Nasional atau dikenal dengan Museum Gajah, Museum Wayang, Museum Satria Mandala, Museum Keramik, Museum Bahari, Museum Kebangkitan Nasional (Muskitnas) dan masih banyak lagi.

Setiap museum ada cerita bersejarahnya masing-masing. Seringkali kami menemukan cerita-cerita unik mengenai sejarah museum-museum tersebut.

Misalnya saja di Muskitnas yang baru-baru ini saya kunjungi lagi dan kali ini bersama teman komunitas. Apa aja ya fakta unik yang saya temui di Muskitnas? Sebelum saya bahas, saya mau ulas sejarah berdirinya Muskitnas, ya sobat Mlaqumlaqu.

Sejarah Muskitnas dan kaitan erat dengan Sekolah Dokter Djawa

Gedung Museum Kebangkitan Nasional atau Muskitnas yang beralamat di Jalan Abdul Rahmat Saleh No.26, Senen, Jakarta Pusat ini awalnya adalah gedung sekolah STOVIA (School Tot Opleding Van Inlands Artsen) cikal bakal Sekolah Dokter Djawa. Berdiri sejak tahun 1851, bangunan ini memiliki banyak cerita sejarah yang pada akhirnya menjadi gedung Muskitnas yang diresmikan pada 20 Mei 1974.

Pada perjalanannya gedung Muskitnas ini menjadi gedung sekolah STOVIA di tahun 1851. Namun baru pada tahun 1902 diresmikan oleh Pemerintah Hindia Belanda. Pada saat itu banyak warga Indonesia yang bersekolah di sana, termasuk dr. Wahidin Sudirohusodo.

Berjalannya waktu di tahun 1908 dr. Wahidin mendirikan organisasi Boedi Oetomo bersama Soetomo salah satu pelajar Sekolah Dokter Djawa waktu itu. Di tahun 1920, kegiatan belajar mengajar sekolah STOVIA pindah ke jalan Salemba yang sekarang menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 

Sayangnya di tahun 1942, dengan masuknya tentara Jepang sekaligus mengakhiri kegiatan pembelajaran di STOVIA. Hingga akhirnya di tahun 1974, Presiden Soeharto meresmikan gedung STOVIA sebagai Museum Kebangkitan Nasional. 

Akses mudah menuju Muskitnas 

Muskitnas yang berada di pusat kota ini sangat strategis dan mudah dijangkau baik oleh pengguna transportasi umum seperti kereta commuter maupun bus Transjakarta.

Bagi pengguna kereta commuter, kalian dapat turun di stasiun Senen lalu lanjut berjalan kaki sejauh kurang lebih 1 km. Bisa juga disambung dengan menggunakan bus Transjakarta 1P dari terminal Senen menuju Blok M dan berhenti di depan Muskitnas. Atau pengguna bus Transjakarta 5C jurusan Kampung Melayu-Juanda dapat turun di halte Kwitang dan lanjut jalan kaki sejauh kurang lebih 300 meter menuju Muskitnas.

Di sekitar Muskitnas juga terdapat RSPAD, atrium Senen, asrama BRIMOB, Tugu Tani, stasiun Gambir, Monas, dan lainnya.

Untuk operasional atau jam berkunjung Muskitnas yaitu di hari Selasa - Minggu, Senin dan Hari Besar tutup. Dimulai dari jam 08.00 - 16.00 dengan tiket masuk sebesar Rp5.000/umum/orang.

Ada apa aja di Muskitnas?

Dengan lahan yang luas, Muskitnas memiliki bangunan yang bisa dibilang masih asli serta ruang terbuka yang hijau. Hanya beberapa bagian saja yang mengalami pemugaran, selebihnya masih sesuai bentuk aslinya dengan dilakukan berbagai perbaikan.

Sobat Mlaqumlaqu, yang saya suka dari Muskitnas yaitu bangunannya semuanya 1 lantai, tidak bertingkat dan masih banyak ruang terbuka dan pepohonan yang membuat asri dan lega pemandangan. Ruangan-ruangannya juga didesain dengan langit-langit yang tinggi hingga perputaran udara dan cahaya sangat terjaga. Maklum dulu belum ada teknologi AC, jadi ruangan bangunan jaman dulu banyak yang tinggi-tinggi, jadi bikin adem.

Oiya, sobat Mlaqumlaqu, Muskitnas sekarang ini memiliki koleksi lebih dari 1.200 benda-benda sejarah, antara lain dokumen-dokumen historis, seperti buku Max Havelar, foto-foto dan lukisan, benda-benda yang pernah digunakan oleh tokoh-tokoh perjuangan, bangunan dan monumen bersejarah, serta koleksi pakaian dan peralatan perjuangan.

Di gedung Muskitnas dulu terdapat ruangan-ruangan yang selain untuk ruang belajar siswa kedokteran juga terdapat asrama, ruang praktek, dan ruang olahraga. Kini ruangan-ruangan tersebut menjadi ruang pameran seperti: 

Ruang Pengenalan, yaitu tentang penggambaran masuknya kedatangan bangsa Barat ke Indonesia. Terdapat peta jalur rute masuk kapal-kapal ke Indonesia.


Ruang Awal Pergerakan Nasional, di mana terdapat ruang kelas siswa STOVIA, patung setengah badan para pendiri Budi Utomo.



Ruang Diorama Kedokteran, berisi alat-alat kedokteran yang digunakan para siswa Sekolah Dokter Djawa, ruangan obat, ruangan pasien.




Selain ruangan pameran, Muskitnas juga dilengkapi dengan fasilitas lain seperti ruang perpustakaan, ruang penayangan dokumentasi, kantin, aula utama, toilet, mushola dan juga tempat parkir.


Fakta unik pemecah kepala di Muskitnas 

Dulu, siswa-siswa STOVIA hanya berasal dari pulau Jawa dan Sumatera, namun berkembang hingga Sulawesi dan Maluku. Saat itu siswa dari kalangan Bumiputera banyak yang berprestasi dan diangkat menjadi Primus atau setara asisten pengajar. Adapun tugasnya membantu memberikan penjelasan di sore dan malam hari kepada siswa-siswa lain.

Sayangnya saat itu perempuan masih dianggap sebagai golongan kelas dua, maka STOVIA hanya menerima siswa laki-laki saja. Kartini, yang juga tokoh pergerakan perempuan asal Jepara ingin masuk STOVIA, karena beliau juga bercita-cita hendak menjadi dokter, namun terhalang peraturan itu.

Akhirnya mulai tahun 1912, STOVIA menerima siswa perempuan. Menariknya siswa pertama dan sekaligus dokter perempuan pertama Indonesia yaitu Marie Thomas, yang merupakan seorang perempuan asal Manado, Sulawesi Utara.

Dari beberapa ruang pameran yang ada di Muskitnas ini saya menemukan fakta unik terkait alat-alat kedokteran yang digunakan waktu itu. Salah satunya yaitu Alat Pemecah Kepala. Saya sempat bergidik membaca tulisan yang terpampang di papan informasi yang berada di dekat alat tersebut.


Wahh.. kok ngeri ya, ada alat pemecah kepala. Sayapun bertanya-tanya untuk apakah alat tersebut? Ternyata dijelaskan bahwa Alat Pemecah Kepala tersebut merupakan alat yang digunakan pelajar Kedokteran sebagai alat bantu untuk mempelajari jaringan sel-sel yang ada pada batok kepala mayit. Alat ini dahulu dipergunakan untuk praktek pelajar STOVIA.

Jadi pada jaman Hindia Belanda dahulu, alat-alat kedokteran juga dipakai untuk membantu para pelajar mempelajari struktur yang ada di dalam tubuh manusia. Alat tersebut tentunya tidak secanggih sekarang, namun hal tersebut menandakan kemajuan ilmu kedokteran berkembang.

Muskitnas kini selain sebagai museum, juga digunakan untuk tempat berbagai kegiatan kebudayaan seperti workshop, seminar dan juga studi banding bagi masyarakat. Dengan demikian keberadaan museum bisa lebih dekat dengan masyarakat.

Nah sobat Mlaqumlaqu ada kesan apa nih di museum yang pernah sobat kunjungi? Sharing yuk di kolom komentar.

Wisata Bahari di Kepulauan Seribu Cuma 1 Jam dari Jakarta

Hola sobat Mlaqumlaqu. Penasaran nih, liburan akhir tahun kemarin gimana? Ada yang menghabiskan akhir tahun di pulau, ngga? Kalau saya malam tahun baru kemarin pergi ke pulau kapuk alias tidur, hehehe.

Eh tapi asyik juga ya liburan akhir tahun bareng keluarga dan orang tersayang di pulau, terus seru-seruan melakukan berbagai aktivitas air. Apalagi kalo perjalanan menuju pulau juga ngga memakan waktu lama. Jadi buat yang mabok laut ngga terlalu parno ya membayangkan berada di tengah lautan untuk nyebrang ke pulau.

Sobat Mlaqumlaqu, saya dulu tuh termasuk orang yang gampang mabokan kalau berada dalam kendaraan umum, termasuk mabok laut juga. Sedangkan saya orang yang suka sekali dengan laut, pantai, ombak..pokoknya beach lover deh. Tapi agak worry juga kalo tiap mau liburan ke pulau yang mengharuskan menyebrangi pulau, kebayang mabok lautnya.

Tapi dengan semakin berjalannya waktu dan saya mulai terbiasa traveling ke berbagai tempat, akhirnya penyakit mabokan saya juga berangsur mereda. Bahkan bisa dibilang sudah ngga pernah mabokan lagi, yeaayy.

Nah ngomongin liburan ke pulau nih, seperti yang kita ketahui, negara kita merupakan negara kepulauan. Ada ribuan pulau yang ada di negara Indonesia tercinta ini, dari Sabang sampai ujung Merauke, baik pulau besar maupun pulau kecil. Dari yang berpenghuni hingga tidak ada penghuninya.

One Day Trip ke Kepulauan Seribu 

Untuk pulau-pulau besar, baru beberapa nih yang pernah saya kunjungi yaitu pulau Sumatera, Bali dan Lombok. Bucket list saya untuk mengunjungi pulau besar lainnya masih panjang nih, bahkan untuk pulau-pulau yang ada di sekitar pulau Jawa khususnya di Jakarta aja masih banyak yang belum saya kunjungi, seperti gugusan Kepulauan Seribu yang masuk wilayah DKI Jakarta.

Di Kepulauan Seribu sendiri banyak pulau-pulau kecil yang mengelilinginya, dan jarak tempuh dari Jakarta juga tidak terlalu jauh. Kebetulan sekali di bulan Oktober 2024 lalu saya sempat mengikuti One Day Trip ke beberapa pulau di Kepulauan Seribu.

Ada Benteng Martello di Pulau Kelor 

Untuk menuju pulau Kelor yang menjadi perhentian awal, kita harus menggunakan perahu motor untuk menyeberanginya. Bisa dari Dermaga 16 Marina, Kali Adem, atau Kamal, Ancol. Yang menggunakan transportasi umum seperti kereta commuter, stasiun terdekat yaitu stasiun Kampung Bandan disambung dengan ojek online menuju Dermaga Marina.

Di Dermaga Marina, kami berkumpul dan setelah registrasi kami diberikan tas, topi dan sarapan. Yang mabok laut bisa tuh sarapan dan minum obat anti mabok. Oiya, sobat Mlaqumlaqu tiket perahu motor yang mengangkut penumpang menyebrangi pulau itu perorang 100k.


Perjalanan menyebrangi pulau Kelor Alhamdulillah lancar, ombaknya juga belum tinggi karena masih pagi. Kurang lebih 45 menit perahu motor yang membawa kami tiba di pulau pertama yaitu pulau Kelor.


Dari kejauhan terlihat benteng Martello yang berbentuk menara yang dibangun sejak abad 17 jaman pemerintahan Hindia Belanda VOC. Benteng Martello terbuat dari batu bata merah yang dibangun ke atas menyerupai tabung. 

Selain di pulau Kelor, benteng Martello juga ada di pulau Bidadari. Sayang yang di pulau Onrust dan Cipir tinggal pondasinya saja. Benteng Martello ini dibangun 2-3 lantai yang di bagian atasnya dibuat datar yang dulu berfungsi sebagai menara untuk memantau musuh. Oiya di Pulau Kelor ini juga tidak berpenghuni.

Restocking ikan dan menanam mangrove di Pulau Pramuka 

Dari Pulau Kelor kami lanjut ke Pulau Pramuka yang menjadi Pusat Pemerintahan Daerah Kepulauan Seribu. Sebagai pusat pemerintahan, di Pulau Pramuka terdapat mesjid, gedung KUA, sekolah, puskesmas, RPTRA, juga fasilitas hotel dan cottage bagi yang ingin menginap.





Di pulau Pramuka terdapat berbagai fasilitas untuk menikmati wisata bahari atau wisata air, seperti snorkeling, banana boat juga melakukan kegiatan restoking benih ikan kakap putih ke laut. Penangkaran bibit ikan kakap putih selama 5-6 bulan ini dilakukan sebelum mereka dilepas ke lautan. 

Selain itu di Pulau Pramuka juga kita dapat menanam pohon mangrove untuk membantu menjaga keseimbangan dan mencegah abrasi pantai.


Pulau Gusung Patrick yang cantik

Dari Pulau Pramuka selepas ishoma, kami menuju Pulau Gusung Patrick dengan menggunakan perahu kayu bermotor yang lebih kecil. Pulau Gusung Patrick ini terkenal dengan pantai pasir putihnya yang dikelilingi air laut. 

Pulau Gusung Patrick ada hanya bila air laut surut, biasanya di pagi hari hingga siang sekitar pukul 2. Jelang sore air laut pasang akan menenggelamkan Pulau Gusung Patrick tersebut. 

Air laut yg jernih, bahkan ikan-ikan kecil terlihat di bibir pantai. Puas menikmati keindahan laut, air dan pantai di Pulau Gusung Patrick dan air pun mulai pasang, kami beranjak menuju Pulau berikutnya yaitu Pulau Gusung Sekati. 

Ada penangkaran hiu di Pulau Gusung Sekati 

Pulau Gusung Sekati tidak terlalu jauh dari Pulau Gusung Patrick sekitar 10 menit perjalanan dengan perahu kayu bermotor. Di Pulau Gusung Sekati ini lebih luas dari Pulau Kelor dan Pulau Gusung Patrick. Di sana juga terdapat fasilitas penginapan serta permainan air. Selain itu terdapat juga penangkaran hiu. 

Sayang sekali hari jelang sore, One Day Trip kali itu harus segera berakhir dan kami harus kembali ke Jakarta. Karena kalau sampai kesorean kuatir air laut pasang dan ombak semakin tinggi. Next trip ke pulau mana lagi, ya, sob?








Penn Jakarta, Resto and Bar ala New York Gastrobar dekat Halte Transjakarta Pasar Santa

Hai sobat Mlaqumlaqu, apa kabarnya, nih? Ngga terasa ya kita sudah berada di awal tahun 2025. Ada kejadian apa nih sobat di tahun 2024 lalu yang berkesan dan resolusi apa yang hendak dicapai di tahun 2025 ini? Kalau saya sih ngga ada resolusi apa-apa ya, jalani aja apa adanya. 

Pekerjaan Alhamdulillah masih lancar, kadang kerja dari rumah, tapi masih sering kerja dari berbagai tempat atau WFA (Work From Anywhere) seperti kafe, perpustakaan, working space, ngga jarang sambil di kendaraan umum.

Nah, ngomongin kafe nih sobat Mlaqumlaqu, sekarang ini konsep kafe, restoran dan bar dengan suguhan city view malam hari mulai banyak hadir di kota besar, seperti di Jakarta. Bukan hanya menyajikan hidangan yang lezat dan menggugah selera tapi juga ambience yang nyaman untuk chill bareng kolega, pasangan atau teman nongkrong.

Contohnya aja Penn Jakarta - an American inspired Gastrobar, salah satu restoran dan bar yang berlokasi di Jalan Wolter Monginsidi No. 25, Jakarta Selatan ini. Selain lokasinya sangat strategis dijangkau yaitu tepat di seberang halte bus TransJakarta Pasar Santa, ruangan yang nyaman dan hidangan yang disuguhkan juga ngga kalah menarik serta menggugah selera.

Penn Jakarta resto and bar dekat dengan area bisnis SCBD dan blok M

Mengusung konsep restoran dan bar ala kota New York, Penn Jakarta yang berganti managemen di 2021 berusaha untuk tampil fresh dan terbaru. Penn Jakarta menargetkan pengunjungnya para gen Z, pekerja atau eksekutif muda yang ingin menikmati hidangan lezat dan juga kenyamanan restonya. Namun tidak menampik pengunjung yang datang juga dari generasi milenial atau gen X.

Dengan lokasi strategis, berada di area yang dekat dengan pusat perkantoran, perbelanjaan serta bisnis SCBD dan Blok M, membuat Penn Jakarta layak untuk dijadikan tempat baik untuk meeting dengan relasi maupun menjamu rekan bisnis. Fasilitas VIP room siap tersedia untuk kenyamanan meeting pelanggan.

Anastasya Anindya selaku CEO Penn Jakarta yang kebetulan ada di tempat dan menyempatkan berbincang dengan kami mengungkapkan harapannya, bahwa restoran dan bar ini dapat mengakomodir pengunjung dari generasi muda untuk mendapatkan lokasi hang out yang nyaman sepulang kerja. Oleh sebab itu mereka sangat memperhatikan sekali kenyamanan para pengunjung dan melayani dengan sebaik mungkin.

Penn Jakarta, restoran dan bar dengan city view 

Penn Jakarta restoran dan bar ini berada di lantai 2 dan 3, di lantai 3 ini suasananya lebih santai, terdapat bar dan juga live music di akhir pekan mulai jam 10 malam. Mereka sendiri beroperasi sejak pukul 10 pagi. Sedangkan di lantai 2, desainnya lebih cocok untuk mereka yang ingin melakukan work from cafe. Mereka menyediakan fasilitas colokan dan meja yang nyaman, serta free wifi. Walau berada di lantai 2 dan 3, Penn Jakarta menyediakan fasilitas lift yang memudahkan bagi pengunjung disabilitas dan lansia.

Selain cocok untuk bekerja, untuk pengunjung yang ingin melakukan perawatan tubuh juga bisa dilakukan di lantai 1 dimana terdapat salon dan spa, yang masih satu grup dengan resto dan bar Penn Jakarta ini. Sambil menunggu traffic jam sepulang kerja, pengunjung dapat melakukan me time di salon atau spa sebelum menikmati hidangan di restoran dan bar Penn Jakarta. 

Menu otentik di Penn Jakarta, restoran dan bar 

Berkesempatan mencicipi hidangan serta suasana city view di Penn Jakarta, saya datang bersama teman. Mbak Anastasya mengatakan kalau hidangan yang ada di Penn Jakarta dibuat otentik seperti hidangan dari asalnya. Misalnya saja menu spaghetti carbonara yang dibuat tidak menggunakan krim atau susu untuk menghadirkan rasa creamy-nya tapi menggunakan kuning telur dan bumbu lain.

Saya mendapat menu Nasi Ayam Betutu dan untuk minumannya Healthy Star Juice Pokcoy, yaitu daun pokcoy yang diblender dengan buah belimbing dan sedikit lemon serta simpel sirup. Rasanya menyegarkan, tidak berbau sayuran pokcoy, lebih dominan ke rasa buah belimbingnya.

Untuk Nasi Ayam Betutu, saya suka dengan daging ayamnya yang empuk, terasa bumbunya yang meresap. Ditambah lagi sambalnya yang cocok dicocol ke daging ayam dengan nasi hangat. Dilengkapi juga dengan sayur lawar khas Bali dan lalapan.



Selain hidangan lokal seperti Nasi Ayam Betutu, juga ada Soto Betawi dan Nasi Goreng. Untuk menu Western, mereka menyediakan aneka pasta, pizza dan juga sandwich serta steak. Saya sempat mencicipi Truffle Supreme Pizza dan Spaghetti Carbonara yang rasanya juga ngga kalah lezat. Yang saya suka dari pizza-nya, yaitu rotinya yang tidak terlalu tebal tapi garing dan lembut. Spaghetti-nya juga creamy tapi bukan dari krim atau susu. Walau menu Western tapi cita rasanya otentik dan cocok  dengan lidah saya. 


Oiya, selain menyajikan menu utama, Penn Jakarta juga menyediakan aneka kudapan dan juga hidangan penutup seperti Bitterbalen, Cheese Cake, Tiramisu, Gelato dan masih banyak lagi. Untuk harga, Penn Jakarta cukup bersaing dengan restoran sejenis mulai dari IDR60.000 hingga IDR200.000. 



Sayangnya kami datang di hari kerja jadi tidak bisa menikmati live music yang biasa dipertunjukkan di akhir pekan yang sering juga menghadirkan artis-artis ternama. Namun begitu, kami menyempatkan diri juga ke rooftop untuk menikmati city view di malam hari dengan pemandangan gedung-gedung dan bus Transjakarta yang melintas. Buat sobat Mlaqumlaqu yang suka menyendiri, cocok nih roof top Penn Jakarta buat spot bengong sambil cari ide.

Buat saya pribadi, keberadaan Penn Jakarta ini bisa menjadi alternatif bagi pengunjung menikmati restoran dan bar dengan cita rasa ala resto dan bar di New York dengan pemandangan city view dan hidangannya yang otentik. Next saya akan kembali lagi mencicipi menu lain sambil menikmati alunan live music di Penn Jakarta. Sobat Mlaqumlaqu mau ikut juga?