Wajib Coba! Keliling Jakarta dengan Bus Tingkat Wisata Transjakarta Eksplorer

 Hai sobat Mlaqumlaqu, sehat semua kan? Siapa yang suka naik bus Transjakarta ketika bepergian di Jakarta dan sekitarnya? FYI nih sobat, bus umum sekarang sudah lebih baik dari bus umum dahulu. Terakhir kali saya menggunakan bus umum yang non Transjakarta itu sekitar tahun 2018 kalo ngga salah.

Ada beberapa tipe bus umum baik itu bus besar seperti DAMRI atau PPD juga bus sedang seperti Mikrolet dan Kopaja serta bus yang lebih kecil seperti Komilet. Sebagian dari bus tersebut masih ada yang beroperasi tapi biasanya bus antar kota seperti bus jurusan Blok M - Bekasi. Bus umum dulu tuh selalu ada kernetnya yang bertugas menagih ongkos kepada penumpang. Walau ada yang AC tapi tukang jualan sering kali ikut masuk dan bus bisa berhenti sesukanya tidak harus di halte beda dengan bus Transjakarta yang lebih tertib.

Selain tarifnya flat jauh dekat Rp3500 dan menggunakan kartu elektronik, bus Transjakarta jauh lebih nyaman dengan adanya AC dan halte pemberhentian serta jalur khusus bus (bus way). Seperti namanya Transjakarta merupakan perusahaan BUMN yang membawahi angkutan umum di Jakarta. Beberapa perusahaan swasta seperti DAMRI dan PPD juga ikut bergabung melayani penumpang dengan rute yang telah ditentukan.

Selain melayani rute tertentu dengan dikenakan tarif, bus Transjakarta juga menyediakan bus khusus wisata dengan tarif Rp0. Bus wisata Transjakarta ini disediakan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta yang bekerja sama dengan sejumlah perusahaan swasta. 

Buat warga Jakarta dan sekitarnya dapat menggunakan layanan bus wisata City Tour ini untuk berkeliling Jakarta dengan rute-rute yang telah ditetapkan. Menariknya lagi bus wisata Transjakarta ini beda dengan bus Transjakarta lainnya, yaitu bus ini bertingkat atau double decker. Jadi ingat dulu sekitar tahun 1968 pertama kali bus tingkat beroperasi di Jakarta hingga tahun 1998 ada bus tingkat nomer 70 dengan jurusan Blok M - Kota. Memang tidak banyak, tapi bus ini cukup jadi favorit penumpang karena bentuknya. Nah bus wisata Transjakarta ini menggunakan bus bertingkat seperti itu. Bahkan ada 3 buah bus wisata yang sebagian atasnya terbuka jadi penumpang lebih leluasa melihat sekeliling.

Sekilas tentang sejarah bus wisata Transjakarta 

Keberadaan bus wisata Transjakarta ini pertama kali beroperasi di 25 Februari 2014 sebagai bagian dari layanan Pemprov DKI bagi warganya untuk menikmati keindahan Jakarta dengan menggunakan bus. Di awal beroperasi, bus wisata Transjakarta memiliki rute yang ditempuh mulai dari Bundaran Hotel Indonesia (HI) - Sarinah - Museum Nasional - Halte Santa Maria - Pasar Baru - Gedung Kesenian Jakarta - Masjid Istiqlal - Istana Merdeka - Monas - Balaikota DKI Jakarta - Sarinah dan kembali ke Bundaran HI.

Seiring berjalannya waktu dan berbagai masukan tentang rute yang dilalui, bus wisata Transjakarta ini sempat memiliki rute hingga 7 jenis rute yaitu:

  • BW1: Sejarah Jakarta (History of Jakarta), melayani tempat-tempat penting bersejarah seperti Balaikota dan Monas.
  • BW2: Jakarta Baru (Jakarta Modern), melayani rute di mana terdapat mal-mal unggulan seperti Sarinah, Grand Indonesia, Plaza Indonesia.
  • BW3: Kesenian dan Kuliner (Art and Culinary), melewati rute perdagangan dan kuliner menarik seperti Pasar Baru.
  • BW4: Pencakar Langit (Jakarta Skyscrapers), melewati tempat-tempat perkantoran, penginapan dan pusat perbelanjaan dengan gedung tingginya.
  • BW5: Ruang Terbuka (Jakarta Open Space), melayani RPTRA Kalijodo.
  • BW6: Cagar Budaya Jakarta (Jakarta Heritage), melayani tempat makam Mbah Priok.
  • BW7: Belanja Jakarta (Jakarta Shopping), melayani rute tempat perbelanjaan modern seperti Sarinah, Plaza Indonesia, Plaza Senayan.

Pada masa pandemi bus wisata Transjakarta sempat berhenti beroperasi. Setelah mengalami berbagai perubahan, kini bus wisata Transjakarta hanya melayani rute sebagai berikut:

  • BW1 Sejarah Jakarta (History of Jakarta), 
  • BW2 Jakarta Baru (Jakarta Modern),
  • BW4 Pencakar Langit (Jakarta Skyscrapers), dan 
  • BW PIK 1 Pantai Maju, serta BW PIK 2 Pantai Aloha

Keliling Jakarta dengan bus wisata Transjakarta Rp0

Setelah sekian lama tidak menggunakan bus wisata Transjakarta, beberapa hari yang lalu saya kepengen mencoba rute baru bus wisata Transjakarta ini. Kalo dulu saya membawa anak-anak ketika mereka masih usia sekolah dasar, sekarang saya sendiri saja menikmati keliling Jakarta.

Rute awal saya pilih dari halte lapangan IRTI Monas yang bersebrangan dengan halte Transjakarta Balaikota. Di halte tersebut tampak calon penumpang berdiri mengantre memasuki bus. Petugas membantu penumpang untuk men-tap in kartu. Di bagian luar atas bus terlihat neon sign bertuliskan BW2 Jakarta Baru (Jakarta Modern).

Setelah men-tap kartu saya menaiki tangga dan memilih untuk duduk di atas. Sobat Mlaqumlaqu, bus wisata dengan rute BW2 Jakarta Baru (Jakarta Modern) ini dari halte lapangan IRTI melewati Balaikota -DPRD Kebon Sirih - stasiun Gambir - mesjid Istiqlal - gereja Katedral - Lapangan Banteng  berakhir di halte Juanda yang berdekatan dengan stasiun Juanda.

Sepanjang perjalanan rute BW2 ini, melewati tempat-tempat ikonik dan bersejarah seperti:

  • Balaikota, yang menjadi kantor Gubernur DKI Jakarta
  • Stasiun Gambir, tempat pemberhentian dan pemberangkatan kereta jarak jauh
  • Mesjid Istiqlal, mesjid terbesar se Asia Tenggara 
  • Gereja Katedral, gereja Katolik terbesar se Jakarta 
  • Lapangan Banteng di tempat patung perjuangan Irian Barat 

Di halte Juanda ini penumpang bisa melanjutkan perjalanan kembali menggunakan kereta commuter atau bus Transjakarta reguler atau bus wisata Transjakarta BW1 Historty of Jakarta dengan rute Stasiun Juanda - Pecenongan - Harmoni - Glodok berakhir di Kota.

Selama perjalanan bus wisata Transjakarta ini melewati tempat-tempat perdagangan seperti kawasan Glodok Harmoni di mana terdapat kawasan Pecinan.

Di pemberhentian di Kota, saya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan kembali ke kawasan PIK. Saya pun menaiki bus wisata Transjakarta BW PIK1 Pantai Maju dengan rute Kota - Bandengan - masuk tol dalam kota Lingkar Luar Barat - keluar gerbang tol Kamal 4 - Tzu Chi Center - jembatan Linggi dan berhenti di halte Food Street karena saya hendak lanjut ke Pantai Aloha atau Pasir Putih (Land's End). Jadi dari halte Food Street ini bus wisata Transjakarta rute BW PIK2 belok ke kanan menuju kawasan pantai Aloha atau pasir putih. Sedangkan bila terus menaiki bus wisata Transjakarta BW PIK1 berakhir di kawasan PIK1.



Adapun rute PIK 2 Pantai Aloha mulai dari Food street melewati Pantjoran PIK - Pantai Aloha (Pasir Putih) dan berakhir di Tokyo River Apartemen. Di Pantai Aloha atau Pasir Putih atau Land's End ini merupakan kawasan wisata pantai dengan hamparan pasir putih. Terdapat restoran dan tenan F&B di kawasan tersebut. Cocok untuk wisata keluarga.

Oiya, untuk jadwal operasional bus wisata Transjakarta ini mulai pukul 09.00-16.00 WIB untuk rute BW1,4 dan PIK sedang rute BW2 mulai pukul 09.00-17.00 WIB mulai dari hari Minggu - Selasa. Setiap Senin bus tidak beroperasi karena untuk jadwal perawatan.

Berhubung hari sudah sore, saya tidak bisa kembali ke halte awal di lapangan IRTI untuk menaiki bus wisata Transjakarta BW4. Tapi kalo sobat Mlaqumlaqu mau mencoba rute BW4 Pencakar Langit (Jakarta Skyscrapers) ini yaitu di mulai dari halte lapangan IRTI - Balaikota - Bank Indonesia - Sarinah - Bunderan HI - Sudirman - GBK berakhir di halte Bunderan Senayan.

Sobat Mlaqumlaqu, walaupun untuk menggunakan layanan bus wisata TransJakarta, pelanggan tidak dikenakan biaya alias Rp0 namun diharuskan tap in dan tap out dengan menggunakan kartu pembayaran elektronik seperti: JakLingko, Flazz (BCA), e-Money (Bank Mandiri), TapCash (BNI), Brizzi (BRI), dan JakCard (Bank DKI). Setiap penumpang menggunakan satu kartu.

Sesuai dengan namanya bus wisata, maka di bus wisata Transjakarta ini juga ada pemandunya lho. Jadi selain ada pak supir, juga ada pemandu yang menjelaskan tentang rute yang dilalui serta gedung atau tempat bersejarah.

Selama di dalam bus, penumpang diharapkan untuk mematuhi peraturan yang berlaku seperti: duduk dengan tertib, tidak boleh berdiri, berjalan-jalan, bahkan berlarian selama di dalam bus dan ketika bus berjalan. Juga tidak diperbolehkan untuk makan dan minum di dalam bus dan saling menjaga kebersihan dan kenyamanan bersama.

Nah sobat Mlaqumlaqu, dari ke lima rute bus wisata Transjakarta tersebut, yang mana nih yang sobat sudah pernah coba?

Kafe Jadul Vintage Dekat Stasiun Cikini

 Hola sobat Mlaqumlaqu. Apa kabar? Pernah ngga sobat berpikir ketika berkunjung ke kafe dengan bangunan dan desain vintage atau jadul sering kali membangkitkan rasa penasaran, dulunya seperti apa ya penghuni dan kegiatan di tempat itu? Pasti ada ceritain menarik dibalik bangunan jadul yang beralih fungsi jadi kafe tersebut.

Salah satu kafe yang saya maksud ada di daerah Cikini, Menteng yang memang dikenal dengan banyaknya bangunan jadul yang masih terawat. Pada jaman penjajahan Belanda dulu, daerah Menteng memang merupakan daerah elit dan menjadi percontohan rumah ala Eropa.

Sekilas tentang sejarah Cikini, Menteng

Cikini merupakan sebuah kelurahan di Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat, yang memiliki sejarah panjang dan kaya akan nilai budaya. Kalau ditelusuri nama Cikini berasal dari dua kata, yaitu "ci" yang berarti sungai dan "kini" atau "kweni" yang berarti buah-buahan sejenis mangga yang tumbuh subur di wilayah tersebut.

Tanah di Cikini dahulu milik Raden Saleh, seorang pelukis tersohor pada era tersebut. Lukisan beliau sangat terkenal bukan saja di Indonesia tapi juga di manca negara. 

Bangunan jadul vintage yang menjadi kafe

Banyaknya bangunan bersejarah di daerah Cikini dan bahkan dijadikan cagar budaya. Daerah Cikini juga menjadi wilayah yang cukup strategis dan mudah dijangkau dengan kendaraan umum. 


Salah satu bangunan yang menarik perhatian saya yaitu bangunan Kantor Pos Cikini yang sebagian bangunannya berubah menjadi kafe. Bangunan Kantor Pos Cikini ini telah ada sejak 1920 bergaya art deco. 

Bakoel Koffie Post Kantoor: Koffie, Art, Kultur ini direvitalisasi oleh Ba ko Architecture dan Pos Indonesia. Pengelolaan kafe ini dilakukan oleh Bakoel Koffie yang kafenya sendiri juga tidak jauh dari kafe Kantor Pos Cikini ini.

Mempertahankan citra vintage dari bangunan ini ditambah desain dan ornamen-ornamen yang ada di dalamnya. Berbagai pajangan klasik semakin menambah vintage kafe ini. Bahkan di bagian samping kiri dari pintu masuk terdapat satu ruangan yang banyak menyajikan berbagai benda klasik mulai dari meja, kursi, piano, lukisan, dan masih banyak lagi. Saya seperti berada di museum seni atau art gallery saking banyaknya koleksi benda seni yang ada di kafe tersebut.


Seingat saya dulu, ketika memasuki pintu di bagian tengah tidak ada air mancur,jadi pemandangan dari pintu langsung ke meja penerimaan surat atau barang yang hendak dikirim. Namun ketika berubah menjadi kafe, ada air mancur tepat di tengahnya. 

Untuk kapasitas pengunjung diperkirakan cukup menampung sekitar 60 pengunjung. Penempatan meja kursi pengunjung ada di beberapa titik seperti di area depan, samping kanan dan kiri yang juga dipenuhi berbagai benda dan pajangan yang menghiasi dinding.

Ketika saya berkunjung dengan teman, kami hanya memesan kopi, karena kebetulan kami sudah makan siang di tempat lain. Untuk menjangkau kafe Bakoel Koffie Kantor Pos Cikini ini dapat menggunakan transportasi umum bus Transjakarta 6H jurusan Senen - Lebak bulus atau kereta commuter turun di stasiun Cikini atau stasiun Gondangdia.


Alamat: Jl. Cikini Raya No.1 16, Cikini, Kec. Menteng, Kota Jakarta Pusat

Jam buka: setiap hari, 08.00 - 24.00 WIB

Belajar Aksara Jawa di Perpusnas (sesi 1-2)

 Halo sobat Mlaqumlaqu. Adakah sobat Mlaqumlaqu yang suka belajar aksara lain selain aksara Latin yang biasa kita gunakan sehari-hari? Aksara dari daerah atau negara manakah yang sobat sedang pelajari sekarang?

Ngomongin soal aksara, Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, bahasa dan budaya ini juga memiliki aksara daerah. Sebagai orang dengan suku Jawa dari pihak kedua orang tua, saya malah tidak pernah mengenal aksara Jawa sebelumnya.

Dikarenakan lahir, besar dan bersekolah dasar hingga menengah di Jakarta, saya tidak mengenal aksara Jawa secara mendalam. Aksara Jawa hanacaraka ini ternyata cukup menarik bagi saya. Saya tertarik dengan bentuk aksara yang berbeda dengan aksara Latin.

Keinginan untuk mempelajari aksara Jawa ada dalam diri dan sepertinya semesta mendukung. Ibarat pucuk dicinta, ulam pun tiba. Ketika saya menemui postingan dibukanya Kelas Aksara Jawa di akun Instagram Perpusnas, saya pun bergegas mendaftar. Alhamdulillah dari banyaknya peserta yang mendaftar, saya terpilih bersama 19 peserta lainnya.

Sekilas tentang aksara Jawa

Aksara Jawa adalah salah satu aksara tradisional Nusantara yang berkembang di Pulau Jawa. Dalam sastra dan tulisan sehari-hari, aksara Jawa ini aktif digunakan oleh masyarakat Jawa sejak abad 16 - 20 Masehi.
Seperti yang disebutkan De Casparis seorang Paleography bahwa perkembangan tulisan atau aksara Jawa dibagi ke dalam lima periode, yaitu: 
  1. Pallawa, sebelum 700 Masehi
  2. Kawi tahap awal, antara 750-925 Masehi
  3. Kawi tahap akhir, antara 925-1250 Masehi
  4. Majapahit, antara 1250-1450 Masehi
  5. Jawa Baru, 1500-sekarang
Oiya, sobat Mlaqumlaqu, aksara Pallawa sendiri merupakan turunan dari aksara Brahmi di India Selatan dan masuk ke Asia Tenggara seiring penyebaran agama Hindu-Budha. Aksara inilah yang menjadi cikal bakal tradisi literasi di Asia Tenggara, khususnya Nusantara.
Aksara Jawa disebut juga sebagai aksara Carakan atau Hanacaraka yang merujuk pada deretan awal aksara tersebut. Nah seperti apa aksara Jawa ini dan penggunaannya, saya akan merangkum dari apa yang saya pelajari di kelas aksara Jawa bersama Perpusnas.

Kelas belajar aksara Jawa 

Kelas belajar aksara Jawa yang diadakan Perpusnas ini berlangsung selama sebulan setiap hari Sabtu, dengan 4x pertemuan di bulan Februari. Pengajar kelas aksara Jawa ini dibawakan oleh Tio Cahya Sadewa, S.S yang merupakan seorang filolog Perpusnas.

Pada pertemuan pertama di hari Sabtu (1/02), kami mempelajari Aksara Dasar atau disebut juga dengan Carakan Nglegena. Aksara Jawa Nglegena ini adalah aksara Jawa yang ditulis tanpa tambahan sandhangan maupun pasangan aksara. Asal kata Nglegena sendiri menurut Bausastra Jawa berarti telanjang, polos, tanpa tambahan apapun.

Aksara Jawa bersifat silabik, yaitu huruf konsonan dan vokal menyatu membentuk suku kata (ha,na,ca,ra,ka bukan h,n,c,r,k). Adapun vokal a pada aksara Nglegena (berakhiran terbuka) dilafalkan seperti pada kata "motor, pokok, kolot" dalam Bahasa Indonesia. Aksara Carakan yang digunakan hingga saat ini berjumlah 20.

Selain mendapatkan penjelasan dari materi aksara dasar ini, kami juga langsung mempraktekan cara menulis dan membacanya. Menariknya lagi, kami para peserta tidak semuanya berasal dari suku Jawa, tapi dari berbagai suku lain yang tertarik untuk mempelajari aksara Jawa.

Selanjutnya kami mempelajari pengenalan Sandhangan. Sandhangan sendiri dalam bahasa Jawa berarti pakaian. Jadi Sandhangan dalam aksara Jawa yaitu atribut atau tanda baca aksara Jawa yang berfungsi untuk membentuk bunyi vokal atau konsonan tertentu.

Sandhangan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: Sandhangan Swara, Panyigeng Wanda dan Wyanjana (Panjingan). Sandhangan Swara ada 5 jenis yaitu:

  1. Wulu, yang membentuk vokal /i/
  2. Pepet, yang berfungsi membentuk vokal /e/, seperti pada kata "senang,mengapa,lebih" dalam bahasa Indonesia. Namun ada pengecualian aksara la dan ra yang tidak bisa diberi sandhangan Pepet, melainkan diganti dengan aksara nga lelet dan pa cerek.
  3. Suku, yang membentuk vokal /u/ dan ditulis menempel di sampingan kanan bawah aksara.
  4. Taling, yang membentuk vokal /e/ yang ditulis di samping kiri aksara, seperti pada kata "lele,pare" dalam Bahasa Indonesia.
  5. Taling Tarung, yang berfungsi membentuk vokal /o/ seperti pada kata "soto,toko" dalam Bahasa Indonesia dan ditulis mengapit aksara yang akan diberi sandhangan.

Dalam setiap pertemuan ini, kami belajar mulai pukul 9.00 hingga pukul 12.00 WIB. Selama 3 jam ini kami belajar cara menulis, membaca sekaligus mengartikannya. Beruntung sekali pengajarnya sangat sabar menuntun dan memberikan penjelasan, waktu 3 jam serasa cepat berlalu.

Di pertemuan kedua di tanggal 8 Februari, sebelum lanjut ke materi berikutnya. Kami membahas materi sebelumnya dan tugas yang diberikan minggu lalu. 
Selanjutnya kami mempelajari Sandhangan Panyigeg Wanda (Penandatanganan konsonan penutup kata). Untuk sandhangan Panyigeg Wanda ini terbagi menjadi 4 jenis, yaitu:
  1. Pangkon, sandhangan ini berfungsi untuk mematikan konsonan. Aksara yang dibubuhi sandhangan pangkon ini menjadi aksara mati, aksara konsonan penutup suku kata, atau aksara sigegan wanda. Pada umumnya pangkon ini digunakan di akhir kata atau kalimat untuk mematikan konsonan, namun dalam keadaan tertentu pangkon dapat digunakan di tengah kata atau kalimat.
  2. Wignyan, sandhangan ini sebagai pengganti sigegan ha dan dipakai untuk melambangkan konsonan /h/ penutup suku kata, seperti pada kata "lirih,jirih". Penulisannya pun diletakkan di belakang aksara yang dibubuhi sandhangan itu.
  3. Layar, digunakan sebagai pengganti sigegan ra,yang dipakai untuk melambangkan konsonan /r/ penutup suku kata. Penulisannya dilakukan diatas bagian akhir aksara yang dibubuhi sandhangan itu.
  4. Cecak, digunakan sebagai pengganti sigegan ngga dan dipakai untuk melambangkan konsonan /ng/ penutup suku kata. Penggunaannya ditulis di atas bagian akhir aksara yang dibubuhi sandhangan itu. Apabila sandhangan cecak digunakan bersamaan pepet, maka cecak dapat dituliskan dalam pepet.
Sandhangan Wyanjana (Panjingan) atau sisipan. Sandhangan ini berfungsi untuk menyelipkan huruf konsonan pada gugus semivokal dalam satu suku kata. Sandhangan ini juga disebut sebagai penanda gugus konsonan. Terdapat lima sandhangan Wyanjana ini, yaitu:
  1. Cakra, untuk memberikan sisipan konsonan /r/ dalam satu suku kata. Cakra juga bisa digabungkan dengan sandhangan Swara seperti wulu, suku, taling dan taling Tarung. Tapi Cakra tidak dapat digabungkan dengan sandhangan Pepet.
  2. Cakra Keret, untuk memberikan sisipan /re/ pada satu aksara. Cakra Keret ini merupakan pengganti gabungan Cakra dan Pepet. Penggunaannya tidak dapat digabungkan dengan sandhangan y, sebab Cakra Keret ini sudah melambangkan gugus konsonan r dan e.
  3. Pengkal, untuk memberikan sisipan konsonan /y/ pada satu aksara. Pengkal ditulis menempel di belakang aksara yang diberi tanda pengkal itu.
  4. Panjingan La. Panjingan ini dipakai untuk melambangkan konsonan /l/ yang bergabung dengan konsonan lain di dalam suatu kata. Panjingan la ditulis di bawah aksara yang dibubuhi Panjingan la yang dari bentuknya sama persis dengan pasangan la, bedanya  ada di fungsinya. Panjingan berfungsi sebagai sisipan konsonan pada satu suku kata, sedangkan pasangan digunakan untuk menghubungkan suku kata tertutup konsonan dengan suku kata berikutnya.
  5. Panjingan wa, untuk melambangkan konsonan /w/ yang bergabung dengan konsonan lain di dalam suatu suku kata dan ditulis di bawah aksara yang dibubuhi Panjingan wa. Bentuknya sama namun beda di fungsi. Panjingan wa sebagai sisipan konsonan pada satu suku kata, sedang pasangan digunakan untuk menghubungkan suku kata tertutup konsonan dengan suku kata berikutnya.

Menariknya dari belajar aksara Jawa yaitu kita dituntut untuk luwes dalam menuliskan aksara yang berbeda dengan aksara latin yang biasa saya gunakan. Walaupun terlihat sulit baik dari penulisan, pengucapan maupun arti, tapi justru saya semakin tertarik untuk mempelajari lebih dalam lagi. Ngga sabar untuk mengikuti kelas di pertemuan berikutnya.




Rekomendasi Museum di Jakarta yang Bikin Anak Betah

 Hai sobat Mlaqumlaqu. Ketika anak-anak masih di usia sekolah dasar, siapa yang suka mengunjungi museum? Walaupun bukan dalam acara khusus, saya sering membawa anak-anak mengunjungi museum baik ketika libur sekolah ataupun libur di akhir pekan.

Saya termasuk orang tua yang jarang membawa anak-anak ke mal atau pusat perbelanjaan ketika liburan. Saya lebih memilih membawa mereka mengunjungi tempat-tempat wisata sejarah, ruang terbuka atau melakukan aktivitas bersama tapi tetap tidak membosankan.

Kalau dulu museum identik dengan tempat yang muram, membosankan atau bahkan spoky. Tapi kini banyak museum yang berbenah diri menghadirkan tempat yang lebih ceria, berwarna dan ramah anak agar mereka tetap dapat belajar tentang sejarah tapi juga fun. Tidak jarang beberapa museum membuka kerjasama dengan beberapa institusi, komunitas atau perusahaan untuk membuat acara di sana.

Hal ini dilakukan agar masyarakat lebih terbiasa mengenal museum dan juga terbiasa mengunjungi museum sebagai bagian dari tujuan wisata keluarga, bukan hanya ke tempat rekreasi atau mal.

Kenangan liburan akhir tahun ke museum

Bagi saya dan anak-anak, mengunjungi museum menjadi agenda rutin kami ketika menghabiskan libur sekolah. Bahkan wiken pun tidak jarang kami mengunjungi museum ketika bersamaan dengan adanya acara di sana.

Beberapa museum yang kini seringkali menjadi tempat suatu acara antara lain Museum Nasional atau dikenal dengan Museum Gajah, Museum Kebangkitan Nasional, Museum Batik, Museum Satria Mandala, dan masih banyak lagi.

Setiap libur akhir tahun yang bertepatan dengan libur semester sekolah anak-anak, saya mengajak mereka jalan-jalan. Kalau lagi ada dana lebih, saya membawa mereka libur ke luar kota. Tapi sering kali kalo pas libur akhir tahun atau libur sekolah, opsi membawa mereka ke luar kota tidak menjadi pilihan. Selain padat, dana untuk berlibur ke luar kota di akhir tahun tentu membengkak karena high season. Jadi pilihan saya untuk menghabiskan libur akhir tahun di Jakarta saja.

Libur akhir tahun sekolah anak-anak biasanya berlangsung sekitar 6 hingga 10 hari. Sebelumnya saya ajak anak-anak untuk mendiskusikan ke mana tujuan wisata kami, mau wisata pantai dengan berkunjung ke Ancol atau wisata sejarah dengan berkunjung ke museum. Biasanya sih dua lokasi itu yang sering kami lakukan, baik itu pantai atau museum. 

Rekomendasi museum yang bikin anak betah dan tipsnya

Mengajak anak ke museum memang agak effort ya, di tengah banyaknya mal-mal dan pusat perbelanjaan yang menawarkan aneka promo penjualan berbalut acara menarik. Namun dari awal saya sudah menekankan pada anak-anak bahwa jalan-jalan ke mal itu dilakukan hanya ketika kami hendak membeli sesuatu yang memang dibutuhkan atau ketika ada undangan suatu acara.
Bagaimanapun kalau sudah di mal, sulit rasanya bagi orang tua untuk membujuk anaknya agar tidak tergoda untuk membeli barang-barang yang tidak dibutuhkan hanya karena godaan promosi dan diskon. Bersyukur untuk para orang tua yang anaknya tidak mudah tantrum karena permintaan untuk membeli barang di mal tidak dituruti. 
Oleh sebab itu, saya lebih suka mengajak anak-anak untuk berlibur ke tempat wisata seperti museum. Selain memberikan anak tambahan informasi berguna tentang sejarah juga membiasakan anak untuk tidak selalu menghabiskan liburan dengan pergi ke mal atau pusat perbelanjaan.
Namun untuk memutuskan membawa anak-anak menghabiskan liburan di museum perlu berbagai pertimbangan. Salah satunya yaitu, saya akan memilih museum yang sekiranya bisa membuat anak-anak tertarik, betah dan justru ingin balik lagi.
Persyaratan untuk membawa anak-anak ke museum berdasarkan pengalaman saya, yaitu:
1. Pilih museum yang memiliki koleksi dan eksibisi yang menarik bagi anak-anak dan menggugah rasa ingin tahu mereka.
2. Pilih museum yang memiliki fasilitas lengkap, mulai dari kantin/kafetaria, ruang bermain dan toko souvenir.
3. Pilih museum yang ada guide-nya. Hal ini agar anak-anak mendapatkan informasi yang akurat dan detil.
4. Pilih museum yang akses transportasinya terjangkau.
5. Pilih museum yang koleksinya aman untuk anak-anak. 

Berikut beberapa museum yang sudah kami kunjungi ketika anak-anak masih kecil dan keberadaan museum tersebut masih ada hingga kini.

1. Museum Nasional atau dikenal dengan museum Gajah. Lokasi museum ini cukup strategis dan mudah dijangkau dengan kendaraan umum. Bila menggunakan bus Transjakarta kita dapat turun di halte Monas. Museum Nasional ini dilewati oleh bus Transjakarta city tour dari perhentian halte lapangan IRTI Monas menuju Mesjid Istiqlal. 
Di Museum Nasional ini, selain areanya cukup luas, mereka juga memiliki kafetaria atau kantin di mana pengunjung dapat membeli makanan dan minuman tanpa harus keluar museum. Selain itu di Museum Nasional ini sering kali menjadi tempat berbagai acara, tepatnya di bagian samping belakang terdapat ruangan khusus untuk acara seperti pameran atau workshop.

2. Planetarium Taman Ismail Marzuki. Selain ditampilkan aneka informasi mengenai tata Surya, di Planetarium ini pengunjung juga dapat menyaksikan bagaimana tata Surya bekerja dalam suatu ruangan dengan layar lebar berbentuk cekung di bagian atas. Anak-anak saya sangat menikmati sekali pertunjukan di Planetarium ini. Sayangnya setelah mengalami renovasi area Taman Ismail Marzuki, Planetarium hingga saat ini belum beroperasi kembali. Padahal di Planetarium ini anak-anak bukan saja mendapatkan informasi dan pengetahuan mengenai bumi dan tata surya lainnya tapi juga mendapatkan pengalaman yang tidak didapatkan di museum lain.

3. Museum di area Kota Tua. Kota Tua yang menjadi destinasi wisata masyarakat ini memiliki beberapa museum, diantaranya ada Museum Wayang, Museum Fatahilah, Museum Keramik, Museum Bank Indonesia serta Gedung Kantor Pos. Menariknya di Kota Tua ini yaitu museum-museum tersebut letaknya berdekatan jadi tidak menghabiskan waktu lama untuk berpindah dari satu museum ke museum lainnya. Apabila lapar dan haus, disekitar area museum juga banyak terdapat kios-kios makanan dan minuman, kafe dan kios souvenir. Untuk lokasinya juga mudah dijangkau baik untuk pengguna bus dan kereta commuter karena dekat dengan halte Transjakarta Kota dan juga stasiun Kota.

4. Museum Satria Mandala. Saya yakin banyak anak-anak tertarik dengan museum ini, karena menampilkan aneka koleksi kendaraan yang dipakai oleh tentara kita. Sebut saja ada tank, bus, helikopter, pesawat yang berada di area luar museum. Bahkan museum ini juga menyediakan kafe yang pengunjungnya bisa duduk lesehan layaknya piknik di taman.



Nah sobat Mlaqumlaqu, itu baru sebagian dari museum yang ada di Jakarta yang sempat kami kunjungi. Dari museum-museum tersebut, museum apa nih yang pernah kalian kunjungi? 


Pengalaman Berkunjung ke Dipo KRL dan LRT Jakarta

 Hai hai sobat Mlaqumlaqu, sehat-sehat kah semua? Wah udah wiken aja, ya. Ngga terasa udah masuk minggu pertama di bulan Februari. Gimana bulan Januari-nya, nih, semoga berjalan lancar,ya. Aammin.

Sebagai pengguna transportasi umum, saya sering beraktivitas di luar menggunakan berbagai moda transportasi umum. Sebut saja mulai dari bus, taksi, bajaj, ojek online, juga kereta commuter atau KRL (Kereta Rel Listrik) , LRT (Light Rail Transit atau Lintas Raya Terpadu) serta MRT (Mass Rail Transit atau Moda Raya Terpadu).

Untuk LRT, sistem transportasi rel ini beroperasi di Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi (Jabodebek). Khusus Jakarta ada LRT Jakarta dan ada pula LRT Jabodebek. Bedanya LRT Jakarta melayani rute mulai dari stasiun Velodrome, Rawamangun hingga stasiun Kelapa Gading.

Sedangkan LRT Jabodebek lebih panjang rutenya, melintasi antar propinsi Jakarta , Bogor, Depok dan Bekasi sepanjang kurang lebih 44 kilometer. LRT ini juga terbagi menjadi 2 lintasan yaitu Cawang - Cibubur  sepanjang 14,89 km berakhir di stasiun Harjamukti dan Cawang - Bekasi Timur sepanjang 18,49 km berakhir di stasiun Jatimulya.

By the way, untuk moda kereta commuter, LRT dan MRT memang masih terbatas di beberapa daerah di pulau Jawa dan Sumatera. Berharap sih akan meluas juga ke beberapa daerah di pulau lain, ya. Aammin.

Kesempatan berkunjung ke Dipo KRL dan LRT

Ngomongin soal transportasi KRL dan LRT ini, masih ada ngga sih yang bingung dengan perbedaannya? Jadi KRL atau kereta commuter itu sarana angkutan kereta dengan lintasan di bawah, sedangkan LRT lintasannya di atas. Untuk gerbong juga lebih banyak di KRL yang rangkaiannya hingga 12 gerbong kereta, sedang LRT maksimal 4 gerbong kereta.

Sebagai pengguna kedua moda transportasi umum ini, saya sangat mengapresiasi PT KAI yang membawahinya yang berusaha membuat pengguna/penumpang mendapatkan kenyamanan, keamanan, ketertiban dan kebersihannya. 

Seringkali ketika saya berada di peron menunggu jadwal kereta, melintas kereta yang tidak melayani penumpang dan menuju Dipo. Biasanya petugas sudah menginformasikan melalui pengeras suara bahwa kereta tersebut istilahnya Pulang Dipo untuk dilakukan pemeriksaan.

Lama-lama penasaran juga, seperti apa ya Dipo kereta itu? Bayangan saya sih seperti bengkel gitu, tempat untuk perawatan, pembersihan, bahkan juga perbaikan gerbong kereta dengan segala detilnya. Alhamdulillah rasa penasaran saya terjawab dengan adanya kesempatan untuk berkunjung ke Dipo KRL di Dipo Balai Yasa  Manggarai, Dipo Depok dan Dipo LRT Jakarta di stasiun Kelapa Gading.

Dipo KRL Balai Yasa Manggarai

Dipo KRL Manggarai atau dikenal dengan Balai Yasa Manggarai ini berada di area stasiun Manggarai, tepatnya di Jalan Menara Air, Manggarai, Jakarta Selatan. Waktu itu bertepatan dengan HUT KAI yang ke 77 mengadakan open house bagi masyarakat umum untuk mengenal dan mengetahui seluk beluk Dipo kereta dari segi perawatan dan perbaikannya.

Open house yang dibuka selama 2 hari mulai pukul 8.30-15.00 WIB itu diminati oleh masyarakat umum mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Terdapat beberapa rombongan anak sekolah yang didampingi oleh guru masing-masing. Sebelum berkunjung kami diminta untuk mendaftar secara online melalui link formulir yang diunggah di akun sosial media KAI.


Beberapa peraturan diterapkan ketika kami memasuki area Dipo, seperti tidak diperkenankan menggunakan sandal, tidak boleh makan dan minum di area, wajib mengenakan helm dan rompi pengaman yang disediakan pihak petugas. Untuk memasuki area Dipo juga bergantian dengan maksimal jumlah pengunjung kurang lebih 50 orang tiap rombongan. Hal ini dimaksudkan agar tidak terlalu ramai ketika memasuki area gedung perbaikan dan perawatan.


Dipo KRL Manggarai yang telah ada sejak jaman penjajahan Belanda sekitar tahun 1916 ini menempati lahan seluas 23 hektar dan didukung oleh 319 pekerja KAI. Sebelum pengunjung dibawa berkeliling area workshop (bengkel), terdapat satu gedung tempat ditampilkannya foto-foto perkembangan Dipo Balai Yasa dan keretanya dari dulu hingga sekarang, juga terdapat miniatur kereta.



Dipandu petugas kami mengelilingi bengkel pertama yaitu bengkel perawatan AC atau Electrical Control Panel and AC Workshop. Di dalam bengkel ini kami melihat cara kerja pendingin ruangan (AC) di kereta api. Juga terdapat alat pengontrol lain seperti lampu penumpang, running text hingga panel listrik.



Dari bengkel perawatan AC kami berpindah menuju Wheel and Bogie Workshop atau bengkel tempat perawatan dan perbaikan roda-roda serta bagian Bogie kereta. Ternyata nih ya sobat Mlaqumlaqu, roda kereta yang perlu perbaikan itu harus dilepas satu-persatu dan dibersihkan atau diganti bagian kerangkanya dengan yang baru.



Setelah itu kami beranjak menuju Supporting Workshop salah satunya terdapat genset. Genset tersebut terbagi menjadi beberapa bagian seperti jenis dan ukuran, mulai dari 150KVA hingga 500KVA. Serta tergantung peruntukannya apakah untuk kereta KRL, kereta lokal, kereta jarak jauh, kereta ekonomi, kereta bisnis atau kereta eksekutif.

Sementara untuk perawatan kereta dilakukan secara berkala mulai dari perawatan harian, mingguan, bulanan hingga 6 bulanan. Semua dilakukan berdasarkan tingkat kerusakannya apakah ringan, sedang atau parah.


Di Dipo KRL Balai Yasa Manggarai ini juga kami diperbolehkan untuk memasuki berbagai jenis kereta yang ada, seperti kereta wisata. Menariknya lagi kami juga melihat dari dekat berbagai fasilitas seperti mesin bubut roda (on floor dan under floor), overhead crane berkapasitas 10-25 ton, dan roll wagon. Balai Yasa Manggarai juga sudah dilengkapi dengan PLTS (solar panel), ya sobat Mlaqumlaqu.

Dipo KRL Depok

Tidak berbeda jauh dengan Dipo KRL Balai Yasa Manggarai, Dipo KRL Depok juga berfungsi sebagai tempat perawatan dan perbaikan kereta. Dipo KRL Depok menempati lahan seluas 34 ha yang berada di Jalan Kartini Ujung, Depok Lama, Depok.



Ketika berkunjung ke Dipo KRL Depok bersama Komunitas Kreatoria dan ClickKompasiana, kami diterima dengan hangat oleh Bapak Asep Saeful Permana selaku Kepala Dipo KRL Depok. Secara singkat belia menjelaskan tentang keberadaan Dipo KRL Depok ini yang merupakan Dipo terbesar kedua se-Asia Tenggara setelah Dipo Tegalluar, Jawa Barat.


Dipo Depok ini mampu menampung sebanyak 446 kereta. Selain itu juga tersedia fasilitas mesjid, lahan parkir yang luas, gedung pertemuan, gedung perkantoran, bengkel tempat perbaikan, perawatan dan penyimpanan serta drainase dan pengolahan limbah bekas mencuci kereta.


Dalam melakukan perawatan, di Dipo KRL Depok ini terbagi 3 periode, yaitu perawatan harian (daily), bulanan (monthly) dan perawatan besar atau Overhaul yang dilakukan dalam jangka waktu sebulan perawatan atau perbaikan. 

Dipo LRT Jakarta 

Sobat Mlaqumlaqu, dipo kereta ketiga yang saya kunjungi yaitu Dipo LRT Jakarta yang berada di area stasiun LRT Jakarta. Pihak LRT Jakarta membuka informasi kunjungan dipo untuk masyarakat umum melalui akun Instagram mereka dengan kuota terbatas.


Para peserta terpilih untuk mengunjungi Dipo LRT Jakarta berkumpul di stasiun LRT Velodrome Rawamangun, Jakarta Timur. Sebelum berangkat menuju Dipo LRT di stasiun Kelapa Gading, panitia menerima kami dan memberikan penjelasan tentang LRT dan seluk beluknya.


Selanjutnya para peserta menaiki LRT untuk menuju Dipo LRT di stasiun Kelapa Gading. Oiya, sobat Mlaqumlaqu, sama seperti peraturan di Dipo KRL, sebelum memasuki area dipo para peserta diminta untuk mengenakan helm dan rompi pengaman. Untuk alas kaki juga tidak diperkenankan menggunakan sandal atau sepatu terbuka untuk keamanan pengunjung.



Rombongan pun dibagi 2, masing-masing rombongan terdiri atas 25 orang yang dipandu oleh petugas LRT. Keadaan dipo LRT dengan bangunan workshop atau bengkelnya ini kurang lebih sama dengan dipo KRL. Perawatan dilakukan baik secara harian, bulanan dan juga perawatan atau perbaikan besar yang membutuhkan waktu lebih lama.

Pengalaman berkunjung ke dipo ini menjadi pengalaman yang berharga buat saya. Sebagai pengguna transportasi umum sudah seharusnya kita turut menjaga agar tetap bersih, nyaman dan aman. Next kita berkunjung ke dipo mana lagi,ya? MRT aja kali,ya..setuju ngga sobat Mlaqumlaqu?